Profil Pair GBPUSD, Karakteristik dan Faktor yang Mempengaruhi

Berdasarkan data IG Group (2016), pasangan mata uang GBPUSD berada pada urutan ketiga pair forex yang paling banyak diperdagangkan di dunia. Sebanyak 9.3 persen transaksi di pasar forex internasional merupakan buy/sell GBPUSD. Popularitasnya hanya sejengkal di belakang EURUSD dan USDJPY.

Popularitas pair ini juga dikukuhkan oleh banyaknya julukan yang disandang, mulai dari singkatan sederhana GU, Pound-Dollar, hingga panggilan yang lebih trendi seperti Cable. Namun, apakah Anda tahu mengapa pair GBPUSD disukai oleh para trader? Simak ulasan mengenai karakteristik dan faktor yang mempengaruhi pair GBPUSD berikut ini untuk mengetahui selengkapnya.

Profil Pair GBPUSD, Karakteristik dan Faktor yang Mempengaruhi

GBPUSD Sering Breakout dan Menguntungkan Dalam Beragam Timeframe

Orang bilang, tak kenal maka tak sayang. Karena itu, sebelum memperdagangkan GBPUSD, ada baiknya kita memahami beragam ciri khas pair laris ini:

  1. Volatilitas harian GBPUSD sangat tinggi: Kisaran pergerakan harian pair GBPUSD mencapai antara 100-200 pips. Setelah referendum brexit pada tahun 2016, volatilitas-nya bahkan kadang mencapai 300 pips dalam sehari. Hal ini membuat pair GBPUSD disukai oleh pengguna teknik Scalper maupun Day-Trader yang mengincar keuntungan dari transaksi dalam tempo singkat.
  2. GBPUSD sering mengalami breakout dan pembalikan arah yang bersifat signifikan: Pergerakan grafik GBPUSD tidak lurus ke atas maupun ke bawah, melainkan berkelok-kelok tajam. Begitu terjadi pembalikan arah (reversal/retracement), maka pembalikan itu bisa bertahan selama beberapa hari hingga tembus (breakout) dari batas Support dan Resistance kunci. Karakteristik GBPUSD ini membuatnya disukai oleh swing-trader dan trader jangka panjang lain.
  3. GBPUSD cocok diperdagangkan dalam semua timeframe: Tak semua pasangan mata uang dalam perdagangan forex dapat diperdagangkan dalam semua timeframe, karena umumnya fluktuasi berkurang dalam timeframe rendah (di bawah H1). Namun, GBPUSD sering nampak bergejolak dalam timeframe tinggi maupun rendah.
  4. GBPUSD sensitif terhadap berita berdampak besar: GBPUSD termasuk pasangan mata uang yang mudah terpengaruh oleh pengumuman suku bunga, rilis data penjualan ritel, data inflasi, atau berita ekonomi berdampak besar serupa yang sudah terjadwal dalam kalender forex. Bukan hanya berita dari Inggris saja yang ditanggapi secara ekstrim oleh GBPUSD, melainkan juga dari Amerika Serikat. Oleh karena itu, para news-trader juga sangat menggemari pair ini.
  5. GBPUSD diperdagangkan dengan kondisi likuiditas tinggi: Tahukah Anda, bahwa London, Inggris, dan New York, Amerika Serikat, merupakan dua pusat pasar keuangan terbesar di dunia? Oleh karena itu, transaksi antara GBP dan USD sangat ramai setiap harinya. GBPUSD terutama sangat menguntungkan untuk trading dalam perdagangan sesi Eropa hingga overlap sesi Amerika (14:00-22:00 WIB).

Singkatnya, pair GBPUSD laris diperdagangkan di pasar forex, karena karakternya cocok dengan kebutuhan beragam jenis trader, mulai dari scalper, day-trader, swing-trader, hingga news-trader. Timeframe-nya pun dapat disesuaikan dengan mudah. Scalper bisa memperoleh keuntungan dari GBPUSD dalam timeframe M5 hingga M30, day-trader dan news-trader memanfaatkan GBPUSD dalam timeframe H1 hingga D1, sedangkan swing-trader bisa mempergunakannya pada D1 hingga Monthly.

Pengumuman Data Ekonomi yang Berpengaruh Terhadap GBPUSD

Sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya, pasangan mata uang GBPUSD mudah terpengaruh oleh pengumuman dan data ekonomi penting dari Inggris maupun Amerika Serikat. Setelah publikasi pengumuman dan data, GBPUSD kadang-kadang bahkan bergolak hingga lebih dari 100 pips dalam kurun waktu beberapa menit saja. Pengumuman dan data apa sajakah yang mempengaruhi GBPUSD? Berikut ini daftarnya:

  1. Pengumuman suku bunga Federal Reserve: Setiap tahun, bank sentral AS (Federal Reserve) mengadakan rapat dewan kebijakan moneter sebanyak 8 kali. Jadwalnya dapat dilihat pada situs FOMC. Setiap kali rapat, dewan yang disebut FOMC (Federal Open Market Committee) menentukan penilaian atas kinerja ekonomi AS terkini, serta kebijakan moneter seperti apa yang cocok untuk kondisi ekonomi saat ini. Apabila Fed memutuskan untuk melonggarkan kebijakan dengan menurunkan suku bunga, maka GBPUSD berpotensi naik. Sedangkan jika Fed memutuskan untuk mengetatkan kebijakan dengan menaikkan suku bunga, maka GBPUSD berpotensi turun.
  2. Rilis notulen rapat FOMC (Federal Open Market Committee): Notulen dari rapat FOMC biasanya dipublikasikan dalam tempo dua minggu setelah rapat berakhir. Dalam rilisan ini, trader akan memantau rincian alasan apa yang membuat Fed mengubah atau tidak mengubah suku bunga dalam rapat. Mereka juga bisa jadi mencari petunjuk apakah Fed akan menaikkan atau menurunkan suku bunga dalam rapat berikutnya, atau justru cenderung tidak mengubah suku bunga sama sekali.
  3. Rilis data ketenagakerjaan AS: Data ketenagakerjaan AS diumumkan pada hari Jumat pertama setiap bulan. Isinya mencakup tingkat pengangguran, tingkat partisipasi angkatan kerja, pertumbuhan gaji rata-rata per-jam, dan data NFP (Non-farm Payroll). Diantara semua data itu, NFP biasanya berpengaruh paling besar, karena menunjukkan jumlah pekerjaan baru di luar sektor pertanian dan sipil. Apabila jumlah NFP melampaui ekspektasi, maka GBPUSD berpotensi melemah. Apabila jumlah NFP di bawah ekspektasi, maka GBPUSD berpotensi menguat.
  4. Rilis hasil survei PMI (Purchasing Managers’ Index) oleh lembaga riset ISM: Ada dua laporan PMI yang dirilis ISM untuk Amerika Serikat, yaitu PMI Manufaktur dan PMI Non-manufaktur (jasa). Angka PMI di bawah ambang 50 menunjukkan kondisi ekonomi memburuk (kontraksi), sedangkan angka di atas 50 menandakan kondisi ekonomi bertumbuh (ekspansi). Kenaikan PMI Amerika Serikat berpotensi memperlemah GBPUSD, sedangkan penurunannya justru bisa mendongkrak GBPUSD.
  5. Rilis data inflasi konsumen (Consumer Price Index/CPI) Amerika Serikat: CPI merupakan salah satu bahan pertimbangan utama bagi bank sentral untuk menaikkan atau menurunkan suku bunga. Apabila CPI AS selaras dengan target Fed (sekitar 2 persen), maka suku bunga kemungkinan dibiarkan tetap. Jadi, kenaikan CPI AS lebih tinggi lagi, bisa mendorong pelemahan GBPUSD, sedangkan penurunannya justru memperkuat GBPUSD.
  6. Super Thursday BoE: Sejak beberapa tahun lalu, bank sentral Inggris (Bank of Englad/BoE) menyatukan momen pengumuman suku bunga, rilis notulen rapat kebijakan, dan laporan inflasi Inggris. Momen yang dipilih selalu bertepatan dengan hari Kamis, sehingga dijuluki “Super Thursday”. Selama rangkaian laporan diumumkan, GBPUSD dapat bergerak sangat tak beraturan, karena bias setiap rilisan bisa berbeda-beda. Secara umum dapat diperkirakan bahwa jika inflasi dan suku bunga BoE naik, maka GBPUSD berpotensi menguat. Sedangkan jika inflasi dan suku bunga BoE menurun, maka GBPUSD berpotensi melemah. Namun, respon pasar bisa berbeda, tergantung apa saja muatan notulen mengenai rencana kebijakan yang akan datang.
  7. Rilis data ketenagakerjaan Inggris: Tak ada jadwal pasti untuk rilisan ini, yang jelas data dipublikasikan sebulan sekali. Laporan mencakup tingkat pengangguran, pertumbuhan gaji rata-rata, dan Claimant Count Change. Claimant Count Change merupakan perubahan jumlah klaim tunjangan pengangguran yang diajukan masyarakat kepada pemerintah Inggris. Jika tingkat pengangguran dan Claimant Count Change naik, maka berpotensi negatif bagi GBPUSD. Sebaliknya, GBPUSD bisa menguat jika tingkat pengangguran dan Claimant Count Change berkurang.
  8. Rilis hasil survei PMI (Purchasing Managers’ Index) oleh lembaga riset IHS Markit: IHS Markit mempublikasikan tiga hasil survei PMI untuk Inggris, yaitu PMI Konstruksi, PMI Manufaktur, dan PMI Jasa. Angka PMI di bawah ambang 50 menunjukkan kondisi ekonomi memburuk (kontraksi), sedangkan angka di atas 50 menandakan kondisi ekonomi bertumbuh (ekspansi). Kenaikan PMI Inggris bisa mendorong kenaikan GBPUSD, sedangkan penurunannya akan melemahkan GBPUSD.

Demikianlah beberapa pengumuman dan data ekonomi yang perlu Anda perhatikan saat trading GBPUSD. Ada baiknya memeriksa kalender forex setiap pekan, untuk memastikan apakah ada jadwal rilis data atau tidak, karena pergerakan harga di seputar rilis tersebut pasti akan melonjak.

Leave a Comment